Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

Rabu, 19 Desember 2012

jump...

20122012
Dua - Nol - Satu - Dua -Dua - Nol - Satu - Dua
Duapuluh Duabelas Duapuluh Duabelas
dua ribu dua belas dua ribu dua belas
Duapuluhjutaseratusduapuluhduaribuduabelas

membuat sebuah moment,. untuk 1 tahun kedepan 

Selasa, 18 Desember 2012

ibuku ibu kita ibu mu,, cahaya surga,kita


GERIMIS nada nya masih tetap sama..menari nari kecil diatas genangan,,pada tanah yang lembab dan berkubang
gerimis masih tetap sama, walau langit menghitam dan angin mulai kencang


" dhiyy tangi  lee , opo  ra sekolahh .. " sebuah teriakkan kecil dari ujung dapur yang assap nya mulai mengebul..
kayu kayu bakar pelan pelan di lumat api,
" dhiiyyy,, tangii o lee,, "

gerimis masih sama seprti subuh tadi, seperti 3 jam yang lalu.. belum ada tanda tanda menderas, juga belum ada tanda tanda mereda

rumah semi permanen ini berada di ujung jalan berhadapan langsung dengan lapangan desa, berbatasan dengan sawah sawah dan  ladang jagung ..
kokok ayam jagu layak dering jarum penanda aktivitas hari dimulai,,
aminah sudah siap. mempersiapkan sarapan buwat keluarga
aminah sudah lebih dari sekedar siap untuk segera mengayuh sepeda ontel pemberian ayahnya yang sudah di penuhi dengan sayur sayuran
hendak di perdagangan kan atau di tukar dengan keperluaan segala.


" dhiyy tangi ibuk ajeng budal pasar, nopo ra sekolah "
masih belum ada jawaban dari kamar ,,
adhiy bocah kecil umur 8 tahun,
ia tampak masih terlalau nyaman untuk sekedar mengerakkan keatas kelopak matanya, mata nay masih terpejam rapat
meski samar sadar dan tidak ia mendengar suara ibu nya

ikan asin, tempe goreng, tumis kacang dan nasi hangat sudah siap di santap
araoma manya sangat mengoda,,apalagi disantap dengan cuaca dingin di sedukan teh hangat..

amainah berranjak, ia kini sudah duduk di sebelah anak nya
kain sarung lusuh satu satu nya teman akrab bertemu mimpi malam, bebalut di tubuh mungil sedikit kurus ..
guling kecil yang berwara sedikit coklat meski kainya berwarna biru, ( ad bekas gamabr kecil pulau indonesia ... hahah * ilerr )

"dhiyy  tangi ngerr kae dapure beresi, ibu ajeng budal pasar " ,,senyum masih menyemat lembut di wajah aminah,meski ia tak muda lagi kantung mata kerut kerut di pipi
namaun ia masih seperti yang dulu aminah yang sabar,.penuh sayang,,

"dhiyy " tangan  lembut itu menyentuh kaki mengerakkan, anak sulung nya tak kunjung bangun ..
mungkin aminha juga sadar adhiy masih terlalau kecil untuk membantu  nya namun kadang adhiy menyengajakan diri membantu ibu nya bangun jam 2 atau jam 3
mengikat kan sayur sayur yang hendak ia dagangkan
" buuk,, aku ki sayang karo ibuu,,
" bukk,,, dek adhy gadah salah sepurone njeh buu.." ia masih ingat tutur lembut adhiy pada suatu malam sembari mengikat kangkung dan bayam, tiba saja mata nya sembab
entah ap yang ia rasa,,mungkin ia rasa juga hendak berujar sama pada putra nya itu karena di nasib kan kurang beruntung atau
mungkin ia berterimkasih banyak kepada Alloh SWt atas anugrah seorang putra yang baik dan soleh,
atau mungkin ia teringat wajah pria yang sudah lama tak kunjung pulang merantau di malaysia


"ia ... buu " malas malas ia mulai mebuka mata, menggerakkan jari jemarinya ,,,

" bangun dhiyy.. ibu mau berangkat, udah jam 6,00 apa gak sekolah ? to lee " aminah beranjak..
 adhiy yang malas malas melangkah..mengikuti



***
menurut ku adhiy tak malas bahkan ia terlalu rajin , sangat bersemangat,,pukul 4 saat aanak anank seusia nya sdeang masik bercengkrama dengan mimpi, ia sudah bangun,
mencucuci sayur mayur yang hendak kan ibu nya jual..ia juga sangat taat sama taat nya seperti mbah amin ,, yang setiap pagi menejlang subuh sudah membacakan
ayat ayat cinta membangunkan
warga warga, membangunkan jiwa jiwa yang haus ingin  berbincang, berkeluih atau meminta dan bersyukur pada sang Maha..
kala adzan subuh di surau berkumadang.. ia beranjak menarik kopiah nya..
temannya masih tetap sama sarung kecil yang erat bagi nya .. ke Musolah atau ke dipan kayu dengan alas seadanya..
mungkin ia terlalau sayang hingga sulit melepaskan nya.. atau mungkin itu hanya satu satu nya yang ia punya,, sarung biru muda pemberian ayah nya ...
****


di luar masih gerimis tak deras juga tak reda..

" dhiy ibu berangakat ya " aminah mendorong sepeda syarat sayuran itu keluar , jilbab coklat berbalut menutup kepalanya ,,
sebuah capil ia pakaikan lagi diatasnya..
" buu,, beli ,,," lantas ia urung melanjutkan aku tahu ia hendak berkata sesuatau
" dhiyy sini .." ia pangil si addhiy .." ki kaleh ewu kange jajan " selembar uang 2 ribu yang biasa rutin Aminah kasih.
untuk jajan sudah 3 minggu ini ia kumpulkan
ia ingin sebuah tas baru,, tas yang ia pakai kini sudah mulai kabur warna resseleting nya kadang tiba saja macet, itu tas yang yang bapk nya belikan
waktu addhiy hendak masuk kelas 1.. kemarin kala pelajaran bahasa indonesia ia sempat melirik lama tas teman nya ..
 tas warna biru, sambil melamunkan uang yang ia kumpulkan .sudah berapa banayak,, ap sudah cukupp...

'buu ,,, adhiy pengen " kata kata itu putus di tengah , ia sambut tangan ibunya
meberi salam mengecup nya lalau di tempelkan di dahi nya,,,hal ini biasa bagi keluarga aminah

sebenar nya aminah memiliki 2 anak, anak pertamanya mengadu nasib  ke surabaya, sudah hampir 2 tahun tak pulang .
" mak agus arep merantau , neng suroboyo, kaleh rencang agus, agus nyuwon doa ne,, mawon " ujar agus sehabis solat isya..
 dulu sebenar nya aminah ragu hendak mengizinkan nya, memberi restu.. ia merasa kesepian
namaun itu kemauan anak nya .. kemauan agus yang hendak mencari penasiapan lebih baik


di kayuhnya sepeda itu menuju pasar kecamatan,..
ad 32 ikat bayam 40 iakt daun singkong, 36 ikat daun kangkung,,dan 3 buah gori


adhiy pergi kedapur asap di tungku masih mengepul, ia kumpulkan perkakas perkakas kotor di bawanya ke ember dekat sumur,,
satu demis atu gelas piring sendok sampi dandang ia cuci...
dapur yang kotor ia mulai bereskan, hal ini sudah menjadi rutinitas paginya..
lantas tak lama kemudian ia mandi,,memakai seragam sekloah dan mengecek kemabali PR nya,,,
tadi malam aminah seperti biasa mengoreksi pr anak nya meskipun ia hanya tamatan SD namaun soal perhitungan ia lumayan mahir,
perkalian penambahan pengurangan dan pembagian, ia cakap sekali.
adhiy melihat jawaban soal no 6 yang sudah di hapus , sebuah tanda bahwa isi nya belum tepat, lantas ia coba hitung kemabli..
setelah itu sepatu warior ukuran 32 ia pakai ,,

langit masih sama gerimis ..
desember..

anak anak sudah mulai ramai , jejak jejak sepatu mebekas di lantai
adhiy menyapa satu dua teman nya.. lantas ia masuk ke kelas..duduk di bangku pertama depan meja guru

sekaloh mulai ramai satu persatu tas tas dan bangku bangku terisi , keributan mulai terasa ..
jam pertama jam mata pelajaran matematika

7.29

adhiy melirik tas biruu,,,tas kepunyaan joko yang sudah 4 hari ini mengcurui perhatian nya..
kemarin saat mata pelajaran matematika baru di mulai, ia semapt di tegur bu rani karena selalau menoleh ke sebelah kiri
kemabli ahiy melamun melamunkan memakai tas biru, membelinya dengan uang jajan nya,, memarekan kepada ibu...
kemabli ia melamun ,, mengaget kan ibunya bahwqa ia pulang dari supermarket kota mebelui tas biru dengan unag tabungan nya...
lantas ia dengan bangga,, lari lari menenteng nya,,


7.30
bel  tanda masuk
adhiy dan teman teman nya kelur kelas,, berbaris di depan pintu,,
bu rani sudah berdiri di antra mereka menyambut tangan mereka..

hari masih sama tetap gerimis ,,
bu rani ibu guru kelas ,,
yang selalau memberi perhatian lebih pada adhhiy ,, adhiyy


7.35
doa di panjatkan  kepada tuhan sekalian alam atas kemudahan penyerapan pelajaran keberkahan ilmu yang di berikan
salam di haturkan pada ibu guru pemeberi harapan, pengarah, pembimbing jalan, pemberi semanagat untuk terus belajar dan belajar


" asalmualaikum .... maff buuu "
seorang ibu ibu berlari, kakai nya di penuhi lumpur
" maff buu ad perlu am  adhiyy " ujar nya
ad  raut kecemasan di muka nya
" ia masuk aj buu,,," latas bu rani mempersilakan adhiy menemuinya ..

di luar masih gerimis, belum ada tanda tanda mau reda
itu bu asri, teman ibu dipasar,  adhiy pernah ke rumahnya rumahnya gak jauh dari pasar
tapi kenapa ia datang ke sekolah ?

" dhiyy,,, ibuk muu pingsannn neng pasaar" ujar nya,,wanita itu tampak kuyup gerimis membasihi sebagian baju nya..
ia sebenranya ragu hendak mengatakakn ini atau ia kasian melihat adhiy mendengar kabar ini..
" sekarang di puskesmas... "
entah ap yang ia fikirkan ia.. berlari tampas seijin bu rani .. meninggal kan buku nya yang sudah siap di meja,, meninggalkan bu asri yang barusaja memberikabarpada nya
meningalkan tas biru dan teman teman nya...


ia tetap belari, bersama gerimis yang masih tetap sama tak mereda..
ia berlari di jalan jalan becek .. berkubang ,, ia berlari menuju puskemas
baju nya mulai kuyup rintik kecil kecil itu terdiam di kain putih seragam seklohanya,,
semakin lama semakin terlihat basah...


entah apa yang bocah kecil ini fikirkan ia lari kerumahnya , semabari berliang air mata
sepatu nya kotor dengan lumpur
ia masuk kamar ..
disibakkan nya kasur, buluk nya
sebuah celengen dari bambu yang ia letakakn di ujung, ia bawa ,,,ia bawa belari tampa menutup pintu pintu rummah
ia bawa berlari menembus gerimis yang masih sama '
ia mungkin kawatir tenatang biaya ,,ia takut kehilanagn ibunya
ia mungkin acuhkan tas buru mimpinya..
ia berlari membopong celengan bambu buwatannya
entah berapa isi nya aku tak peduli,, namun sungguh aku lihat niat besar dari tubuh kecil
berapa pun rupiah yang ad di dlam bambu itu mungkin juga tak cukup membiayai ibu nya,,
namun jiwa bocah mungil itu sungguh besar berbalut kasih sayang berbalut harapan untuk ibunya,,,tak lain



" ibuuuukkkkkk.... " teriak nya di depan pintu puskemasmas..
ia tidak ingin terulang lagi, ia takut
2 tahun yang lalu saat bapak nya belum lama pergi merantau
saat kodisi keungan sulit, aminah meniatkan diri berdagang sayuran membelinya dari desa desa di sebarang jembatan
" dhiyy ibu ajeng dagang mangkeh duwite kang go sekolah addiy.. seng pinter yo lee anak ibuu.." ..
dan addy masih ingat 2 hari semenjak ibu dagang .. amainah pulang pulang pucat,, kemudian pingsan di dapur..
ia bingung ibu nya diam saja lantas ia teriak teriak .. hingga mbh ahmad tetangga datang dan memangil bidan desa,,
" ibu mu pingsan , kurang darahh, gak popo... " itu ujar bu bidan .. sambil mengusap usap rambut addhiyy
adhiy takut ia  menangis....



" ibuukkk " ia lari ke lorong ...
tidak banyak ruang di puskesmas ,, ia lari keujung lorong ...
seperti ia tahu, atau firasat nya masih terasa kuat....


ad pak ahmad di sana ,, berdiri dengan mak ijah,,
adhiyy berlari menuju ibu nya  yang berbaring lemas.. tangis nya pecah di tumpakkan di kaki ibu nya yang lemah ...
" ibukkkkkkkk... ibukkk sehatttt,,, adhiy gak mau ibu sakittttt ""
"ibu sembuhh.. "
ibu sembuhh ..."
" niki celengan adhiy ge bayar berobat ibu "
" bukkkk ,,,.." lantas tinggal isakkk
ia terdiam memeluk rapat ibunya yang sdang lemah ..
ia masih memeluk kakai ibunya,,,

semua mata di ruang itu tertuju pada darama kecil nan mengharukan dari bocah seusia adhiyyy,,

*****

 

hanya ingin belajar, memperjuangkan menjadikan jiwa ini besar
menulis dan melogikakan
menulis dan merasakan
hanya ingin diam, tak mengusik dan tak di usik
tak usah mengeluh, tulis lah
tak usah gundah pinta lah..









Rabu, 05 Desember 2012

Sejumput Pagi ku bersama mu



" Hati- Hatii... jalannya agak licin emang disini apa lagi semalam ujan "
kabut masih menyelimut tipis, mengaburkan jarak mata ke depan..
bebrapa belalang yang sedang asik bertenger sambil makan terpakasa terusik saat kami lewat pematang.
Rumput rumput muda hijau masih basah , tetes embun pagi diujung ilalang muda yang baru beberapa cm,
" Terus aja bee" kata ku pada mu,,agak jauh jalan nya ..

" Trus montor nya taruk situ aja ? gak kwatir ilang bee ? " kata mu, sembari mencincingkan clana jins mu ..
tiba saja kau hampir tepleset, saat kau tak sengaja hampir mengnjak 2 katak sawah kecil yang sedang asik berbincang bincang pagi.
sesigap mungkin ingin ku tarik kerah baju mu..tapi kau masih bisa menjaga keseimbanagn tubuh mu.

langit masih bersemu, biru ..
awan awan putih tipis mengores berpadu padan dengan cakarawala..
kau jalan dua langah  lebih dulu di depan ku.

Aku melihat mu sangat menikmati perjalanan ini, kau sempat berteriak kencang mencekungkan 2 telapak tangan di antara dua rahang dan pipi mu..

" woooooooo....hoooyyyyyy... "
" beeeeeeeeeeeeeeeeeeee....... " lantas sejurus kemudian menatap ku,, tertawa terbahak bahak..

seorang petani memantau perairan sawahnya, tak jauh dari kami berjalan
padi-padi berumur 2 bulan yang mulai menyembul kan calon biji biji muda,

" masih jauh nee bee " tanya mu, sambil mencoba melepaskan sepatu sandal yang kamu pakai..

" iaa,, ehh viyy kok di lepas " kata ku..
" ia biar kerasa rumputnya di injak " kata mu sambil menunduk mencoba melepaskan sepatu..
" ya dah deh,, tapi ati ati lo, nginjek putri malu...coz putri malu kalo di injek jadi putri mau ?
... ujar ku..

" kok gitu ..." tanya mu lagi..
 aku hanya diam, menatap sejenak helaian rambut yang sempat menutup sebagian muka mu tersapu angin...
" heheh... trzzz " kata mu

" apa...!!! " ujar ku menyambungakn koneksi otak ku.
" itu tdi trz app... "
" iya kalo putri malu di injek kan jadi putri mau ... mau nagis kamu >>> hahahahah " aku tertawa melihat ekspresi mu yang tiba tiba datar

" hahaha" entah lucu atau terpaksa tertawa kau ikut terbahak dan

lantas entah sejak kapan kamu mengengam lumpur di tangan mu,  ide jahil dan gaje mu mengerakakan tangan  penuh lumpur sawah
ke muka dan hidung ku,,

"hahahaha ini baru lucu kak" kata mu sambil mencoba lari diantara pematang pematang sawah..

sebenar nya aku kesal, bebrapa sampai masuk ke mulut ku.. namun senyum mu dan tawa mu yang membuat ku jadi hilang, hilangkan kekesalan merubah menjadi kerinduan
" Dasar, viyy gajeeeeeee," ujar ku mencoba mengejar mu...

beberapa burung pipit kuning yang sedang bertengger di dahan dahan padi terusik ,dan terbang berhamburan,,
dan ku coba mengejar mu, membalaskan penat ku.. mengahpus lumpur di wajah ku yang mulai menetes mengotorkan baju,
" Tungu pembalasan ku beee ",,, teriak ku sambil tertawa pada tingah kita yang sedikit gila
kamu hanya tertawa, dan mencoba berlari sekuat kau bisa,,celana jins biru yang kau singingkan setengah betis tadi turun sebelah,, kamu masih berlari,,
dan saat aku hampir bisa menarik tangan mu..


"Awwwwwww......""

Mentari belum terlalu terik jam ditangan ku masih menujukkan pukul 07.20 pagi..
kabut tipis mulai pudar berubah jadi embun embun menyelimuti dahan-dahan padi, keriangan mu tadi berganti

"Aduuhhhh beee"

dari jauh jalan desa ad 2 orang petani menaiki sepeda..beberapa burung bangau putih yang bertenger
di atas atap gubuk sederhana tempat biasa petani meluruhkan peluh keringat badannya

raut muka mu tampak sedang menahan perih,,dahi mu yang kau kerutkan dan bibir mu yang tertahan mendakan sedikit kesakitan
kau sempat hampir jatuh, saat kau coba mengakat kaki kanan mu melihat benda ap yang menacap di telapak kaki,
namu tangan kanan mu cekat mencari pundak ku untuk menyanga tubuhmu,,


"beee sakittttt " ujar mu." perihhh"... amencoba menahan tawa ku bisa,
 nah kan,
kena batunya...
"kok kamu ketawa si bee " kata mu yang sempat menangkap ku tersenyumm..
" engak kok bee,,, kena duri tu pastii... " ujar ku mencoba menengkan cemas mu. " sini kulihat ..."
"aduuhh perihhh bee " kata mu sembari melihat ku mencoba mencabut duri mungili yang menembus telapak kaki mu,,
" tahan ya viyyy "
duri kecil itu berhasil ku cabut, meningalkan bekas meraha di telapak kaki mu, walau kecil pasti terasa pedih dan ngilu bila terkena duri di perasawahan


"Bee, kamu gak papa kan  ? " tanyaku , aku kasiha melihat ekspresi mu yang tiba saja berubah,, kamu jadi banyak diam, menahan ngilu
" Masih ngilu bee " kata mu saat kau coba menginjakkan kaki mu di tanah,
" Yadah duduk dulu yuk di gubuk ?" tawar ku,, saat ku coba mendekatkan badan ku ke tangan kanan mu..
"Sini pegang pundak ku " lanats tanagn kanan mu memegang erat pudang ku semabri kau langkah kan kaki pelan pelan..
" Engak lahh ,,, enti ad seten lewat ,, berduaan di gubuk" ujar mu manja sambil mendorong tubuh ku...
" kan lumaayan bee,, kesempatan jarang jarang setan lewat disawah bee "
.... jawab ku menimpali senyum mu....

" Huuuuuu dasarrrrr cooo... mau nyaa " hahaha. kita tertawa berasama seolah kau acuhkan perih kaki mu,
kita tertawa berasama seolah membisukan kicauan burung burung pipit bercengkrama..

Aku hendak mengajakmu melihat air terjun kecil di sawah desa,
diantara pematang pematang sawah yang berundak berpetak petak,
sebuah air terjun kecil alami, dibawah pohon Angsana
kau tertarik, iya kapan yok .. ujar mu.kemarin sabtu.
pagi tadi aku menceput mu di depan kompeks rumah mu.
aku tak tahu apakah kamu berbohonga tau jujur pada babe dan ibu
namun tak ternafikkan aku semringah  saat kau kabiri aku " bee jemput ya jam 6 "
malam tadi aku tidur di temapt kawan rencana pagi ini mau pulang,, namun kabar darimu membuat pelangi bisa muncul tampa hujan :)
perjalalan dari kediamn mu ke temapt yang kujanjiakan itu menempuhjarak 45 KM .. "
1 jam perjalanan dengan kecepatan 60 KM/jam + macet + isi bensin + beli aqua am senek di alfamart + nglirik ngilir kamu dari sepion ( ahahahhah)
keceriana dan kegembiran mu tampa jelas terukir lembut di garis garis masnis senyum bibir mu


"masih sakit bee, ?" tanyaku.." gak jauh kok,, di bawah pohon angsana itu ..."


pohon angsana tinggi dan rindang menjulang, dianata petakakn petakan sawah..
aku tetap di sampingmu mencoba menyeibangkan badan mu,, harus turun beberapa meter untuk menuju air terjun itu,,
jalan yang masih licin dan kau yang tampak masih menahan perih membuat ku sedikit kawatir terpleset
bunga rumput grigit diantra anak tannga, beberapa belalang yang melompat setiap kami mencoba turun, satu persatuu...


" Bee indah kan" ujar ku saat kita duduk berdua di sebongkah batu
germercik air, dan kicauan beberapa bangau sawah bertenger didahan dahan angsana yang kokoh dan rindang,,

tak lama kami duduk dua pasang bangau turun tak jauh dari kami,,
seperti hendak ingin menari atau menyombongkan kemersaan diantara kami..
 ___________

aku hanya diam memandang mu,
diam yang ku mampu
mengartikan perasaan yang kadang tiba saja tak menentu...




















Aku , kau dan Sepucuk angpau merah



“Camkan, bahwa cinta adalah perbuatan. Nah, dengan demikian, ingat baik-baik, kau selalu bisa memberi tanpa sedikitpun rasa cinta, akan tetapi kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi”
“Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong”
“Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya”
“Sejatinya rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri apa memang sesuka ini”
“Borno cinta hanya segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gulai kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita besarkan, terus mengumpal, membesar. Coba saja kaucueki, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat kayu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan”
“Langit selalu punya scenario terbaik. Saat itu belum terjadi, bersabarlah. Isi hari-hari dengan kesempatan baru. Lanjutkan hidup dengan segenap perasaan riang”

Selasa, 04 Desember 2012

remember..


I will always feel the same...
Love you forever and forever
Love you with all my heart
Love you whenever we're together
Love you when we're apart

remember...
The way you glanced at me, yes I remember
I remember...
When we caught a shooting star, yes I remember
I remember...
All the things that we shared, and the promise we made, just you and I
I remember...
All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn
[ Lyrics from: http://www.lyricsmode.com/lyrics/m/mocca/i_remember.html ]
Do you remember... ?
When we were dancing in the rain in that december
And I remember...
When my father thought you were a burglar
I remember...
All the things that we shared, and the promise we made, just you and I
I remember...
All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn

I remember...
The way you read your books,
Yes I remember
The way you tied your shoes,
Yes I remember
The cake you loved the most,
Yes I remember
The way you drank you coffee,
I remember
The way you glanced at me, yes I remember
When we caught a shooting star,
Yes I remember
When we were dancing in the rain in that december
And the way you smile at me,
Yes I remember


More lyrics: http://www.lyricsmode.com/lyrics/m/mocca/#share

Minggu, 11 November 2012

sebuah cerita dari ayu sidoarjo

"Aku
Malu Menatap Wajah Suamiku"

Pernikahan itu telah berjalan 4 tahun, namun pasangan suami istri itu belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: “kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya a
tau istrinya ya?”. Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.

Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak.

Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, lalu menyambungnya dengan ucapan: Alhamdulillah.

Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.

Sang suami berkata kepada sang dokter: “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.

Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran. Akan tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.

Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “… Oooh, kamu –wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.

Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah kepada qadha dan qadar Allah SWT.

Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.

5 tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: “Wahai fulan, saya telah bersabar selama 9 tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata:” betapa baik dan shalihah-nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan”. Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.

Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata: “istriku, ini cobaan dari Allah SWT, kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”. Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah di hadapannya.

Akhirnya sang istri berkata: “OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih”.

Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.

Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.

Mendengar keterangan tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: “Semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan …”.

Sang istri pun bad rest di rumah sakit.

Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: “Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja”.

“Haah, pergi?”. Kata sang istri.

“Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat”. Kata sang suami.

Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri. Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.

Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi”.

Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.

Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.

Setelah 9 bulan dari operasi itu, sang istri melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga.

Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari’ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari ‘Ashim.

Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan. Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya.

Hampir saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis pula.

Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.

Jumat, 09 November 2012

TAK KAN KU SENTUH LAGI RANAH MU


Berlalu
oleh: The Fly

Membisu tak beranjak pergi

Mungkinkah terpana

Wujud yang kau kira

Membentang tanya tak lagi tertawa

Mungkin enggan akui semua yang telah kau

ucapkan

(#)

T'lah lewati masa detik dendangkan waktu

lringi semua pedihku berselimut jawabrnu


Reff:

Mengapa harus kini kau tawarkan rasamu

Hatiku telah terisi wangi bunga yang lain

Sesal kita tak menyatu tak lewati batasku

Rasa impian jiwaku tak terlukis di hatimu

Dan kini masih membisu

Terlihat padaku

Sesal alunkan langkahmu

Pernah kutawarkan seluruh hatiku

Menjadi tempat berteduh

Diam hempaskan jawabmu

Kemball ke: (#), Reff

Oh tak bersisa di hatiku

Oh berbaur pedihku berlalu

Kembali ke: Reff (2x)